Editor Indonesia, Jakarta – Sering Nge-vape, paru-paru pria 22 tahun tidak berfungsi. Masalah kesehatan ini dialami oleh Pria asal North Dakota yang paru-parunya rusak sehingga membutuhkan transplantasi. Hal ini bertentangan dengan banyaknya anggapan rokok elektrik atau vape merupakan pilihan lebih aman daripada rokok konvensional. Nyatanya, vape juga bisa memicu masalah paru-paru seperti halnya rokok. Bahkan kerusakan paru-paru banyak diidap oleh para remaja di usia muda karena menghisap Vape.
Jackson Allard didiagnosis oleh dokter mengidap parainfluenza, virus yang dapat menyebabkan infeksi pernapasan, cedera yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh penumpukan cairan di paru-paru. Ketika menjalani X-ray, paru-parunya sudah sangat putih.
“Semuanya berwarna putih. Artinya seluruh paru-parunya penuh cairan,” kata Doreen Hurlburt, nenek Allard kepada NBC News.
Allard disebut sudah memakai rokok elektrik sejak umur 17 tahun dan tak pernah menyangka efeknya sangat parah. Ibu Allard, Jaime Foertsch, mengatakan putranya dipasangi alat pendukung kehidupan yang disebut oksigenasi membran ekstrakorporeal, atau ECMO
Foertsch mengatakan Allard adalah pasien terlama yang pernah dirawat oleh M Health Fairview dengan mesin ECMO. Namun Allard tak bisa terus menerus menggunakan alat itu sehingga dia membutuhkan transplantasi paru-paru sesegera mungkin.
Pada akhir Desember 2023, dokter berhasil mendapatkan donor paru-paru untuk Allard. Pada tanggal 5 Januari, dia tidak lagi membutuhkan alat bantu hidup.
Allard masih menggunakan ventilator di ICU, kata ibunya, tapi dia bisa naik dan turun dari tempat tidur dengan bantuan.
Transplantasi paru-paru relatif jarang terjadi, dan bahkan lebih jarang pada orang yang berusia di bawah 50 tahun. Dari 2.569 transplantasi paru-paru yang dilakukan di AS pada tahun 2021, hanya 440 yang dilakukan pada penerima berusia 18 hingga 49 tahun.
Sebagian besar cedera paru-paru terkait vaping tidak memerlukan transplantasi, tetapi pasien biasanya memerlukan beberapa jenis bantuan pernapasan seperti oksigen tambahan atau ventilasi mekanis.
Seorang anak laki-laki berusia 17 tahun di Michigan yang menerima transplantasi pada tahun 2019 diyakini sebagai kasus pertama. Tahun lalu, seorang pria berusia 34 tahun di Missouri juga menerima transplantasi paru-paru ganda setelah mengalami infeksi paru-paru yang mengancam jiwa dan kebal terhadap antibiotik. Pria tersebut memiliki riwayat merokok dan juga vaping selama sembilan tahun
Sementara itu, Viral di Klaten pelajar SMA Rico Thomas Dwi Ardhana (18) menceritakan kisahnya dilarikan ke rumah sakit pasca sering mengonsumsi vape atau rokok elektrik berbarengan dengan rokok konvensional. Remaja tersebut menunjukkan kondisi paru-parunya yang sudah dinyatakan terkena faringitis dan bronkitis akut.
“Diagnosa pertama setelah periksa itu saya terkena faringitis akut dan bronkitis akut,” ungkap Rico seperti dikutip dari detik, Senin (15/5/2024).
Kondisi tersebut dialaminya pasca lebih dari 7 tahun konsisten merokok dan ngevape. Gejala awal yang dikeluhkan disebut Rico mulanya tampak seperti batuk biasa.
Namun, keluhan tersebut tak kunjung hilang hingga gejala lain muncul dan terasa lebih berat, termasuk sesak napas.
“Saya masuk rumah sakit terakhir tanggal 4 Februari 2024 dan sudah ke rumah sakit 4 kali,” jelasnya. Meski kondisi Rico saat ini sudah membaik, ia masih mengalami beberapa keluhan yang hilang timbul.
“Buat kalian yang belum coba-coba rokok, saya sarankan ngga usah ngerokok karena kesehatan itu mahal,” tandasnya. (Frd)