Siapa perempuan yang layak bertarung di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024, mulai ramai dibicarakan di masyarakat. Pilkada serentak yang akan dihelat pada 27 November 2024 itu pun sudah menjadi obrolan di warung-warung kopi, media sosial hingga ruang-ruang formal.
Segala gerak gerik tokoh yang dianggap memiliki peluang untuk bertarung di Pilkada 2024, tidak jarang dimaknai sebagai intrik politik. Apalagi yang telah mendeklarasikan dirinya sebagai bakal calon. Meski kadang dilakukan secara tulus oleh tokoh tersebut.
Hal ini hampir terjadi diseluruh daerah, euforia pilkada sudah begitu terasa tanpa terkecuali di Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
Pucuk tatanan pemerintahan yang sudah lebih satu tahun lamanya diisi oleh Penjabat (Pj) bupati membuat kondisi perpolitikan menjadi gosip dan isue liar yang simpang siur. Siapa yang akan melanjutkan pemerintahan? Siapa yang menjawab dan mampu mengatasi problem yang ditinggalkan pemerintah sebelumnya?
Belum lagi masalah tersebut mampu dijawab, kita ingatkan bahwa dalam memilih calon kepala daerah nantinya, selain sisi loyalitas, masyarakat dalam memberi dukungan tentunya harus tetap berlandaskan akal sehat. Jangan menjajaki calon kepala daerah dengan tafsir tunggal semata.
Sebab demokrasi adalah ruang untuk riang gembira, bukan ruang memercik konflik yang berkepanjangan. Nilai-nilai penghargaan terhadap pilihan orang lain harus dihormati dan tetap dijaga.
Dari cara pandang yang berbeda, saya melihat bahwa Kabupaten Takalar kedepan harus memiliki keseimbangan dalam tatanan pemerintahan. Kita andaikan bahwa Kabupaten Takalar harus memiliki sisi lembut dan juga sisi kerasnya. Dalam pengandaian itu biasanya kelembutan selalu diidentikkan pada perempuan dan keras selalu pada laki-laki.
Maksud saya, Takalar harus dibangun dari dua sisi itu. Apalagi menghadapi tantangan pemerintahan yang begitu ruwet dan rumit kedepannya.
Sosok perempuan yang tentunya saya harapkan bertarung di Pilkada Kabupaten Takalar adalah perempuan yang memiliki segudang pengalaman dalam dunia pemerintahan. Bukan hanya bermodalkan paras dan materi sebab itu hanyalah bagian terluar dari wajah kotor politik.
Hal ini tentunya merupakan apa yang kita harapkan bersama, bahwa yang melanjutkan estafet kepemimpinan di Kabupaten Takalar ialah mereka yang memiliki segudang pengalaman.
Dari sejumlah nama tokoh masyarakat yang mulai muncul ke permukaan, menurut saya, ada satu sosok perempuan yang harus berkompetisi di Pilkada Kabupaten Takalar 2024. Yakni, Hj. Mardiah, SE., MM.
Alasannya, tidak hanya gelar akademisnya semata tetapi sosok perempuan yang bernama Mardiah ini sudah dikenal luas oleh masyarakat dan sudah bertahun-tahun menjadi Kepala Desa Pakkabba, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
Mardiah telah membuat sejarah di Kabupaten Takalar. Dia satu-satunya kepala desa perempuan di Takalar yang menjabat selama tiga periode. Hal ini menjadi alasan untuk mendorong dia untuk membulatkan tekadnya berkompetisi di Pilkada Kabupaten Takalar pada 2024.
Perempuan di seluruh penjuru Kabupaten Takalar, tentunya berharap ada sosok perempuan yang mampu mengejawantahkan etika terhadap kesetaraan gender. Apalagi perempuan adalah kelompok rentan di masyarakat pesisir. Optimisme terhadap sosok Mardiah juga dilandasi dari pengalamannya menjadi Kepala Desa yang mampu membuat terobosan penting bagi kemakmuran masyarakat.
Selama ini, kuota 30 persen perempuan hanya digaungkan dalam bidang legislatif atau DPR RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten saja. Kini, saatnya harus ditunaikan juga di wilayah eksekutif dan biarkan mayarakat yang memilih. (*)
Penulis: Aditya, Aktivis Pemuda Galesong












