Editor Indonesia, Tegal – SMA Negeri 4 Kota Tegal, Jawa Tengah, menggelar Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau P5. Acara dikemas dalam diskusi, tentang budaya Tegalan, bertema Kearifan Lokal. Tujuannya, menggali sejarah atau cerita masa lampau yang positif atau baik, yang bisa mendorong generasi muda untuk bisa hidup rukun di tengah keaneragaman.
Acara dihelat di aula SMA N 4 Kota Tegal, di kawasan Jalan Setiabudi Kota Tegal. Ratusan siswa dan siswi Kelas X SMA Negeri Kota Tegal yang mengikuti acara inipun, antusias hingga usai.
Dari keterangan resmi yang diterima pada Selasa 14 Januari 2025, hadir nara sumber utama yakni Budayawan Pantura Atmo Tan Sidik. Hadir juga mantan Wakil Walikota Tegal, Maufur, yang juga termasuk alumni SMA Negeri 4 Kota Tegal dan juga sejumlah guru.
Merujuk buku Teknik Menulis Cerita Rakyat karya Korrie Layun Rampan, Atmo Tan Sidik, menyebut cerita rakyat adalah cerita yang hidup di dalam lingkungan kolektif tertentu. Cerita rakyat dikenal dalam sebutan folklore yang merujuk bahwa cerita rakyat merupakan milik suatu masyarakat tertentu yang berbeda dari masyarakat lainnya.
Atmo Tan Sidik, menyampaikan, di dalam masyarakat itu, terdapat tradisi kebudayaan yang diwariskan turun temurun dan dipelihara secara kolektif di dalam varian-variannya yang sangat luas. Banyak cerita yang meliputi berbagai hal lainnya seperti isyarat, nyanyian, permainan anak-anak, peribahasa, dan yang dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal.
“cerita rakyat atau folklor mencakup keyakinan, mitos, legenda yang dipelihara turun-temurun. Pada masa lalu, cerita rakyat hidup di dunia lisan dan pada era yang lebih modern, dapat disimpan di dalam tulisan, dan penyebarannya sangat cepat serta pendokumentasiannya lebih baik,” ujar Atmo Tan Sidik.
Atmo Tan Sidik, menyebut beruntung, di Kota Tegal telah terbit buku berjudul Tegal Bercerita yang diterbitkan oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Tegal. Di dalam buku tersebut, ada cerita tentang Kisah Tiga Biji Asem.
“Asal Mula Nama Desa atau Kelurahan Asem Tiga dengan tokoh Syarif Abdurrachman. Ada cerita tentang Van Tiroes yakni Saudagar yang Baik Hati, tentang Tek Hay Kiong dan Istana Kwee Lak Gwa serta Gilitugel–Jalan yang Terputus,” jelas Atmo Tan sidik, penerima penghargaan Pelestari dan Pengembang Warisan Budaya dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI.
Sementara Kepala SMA Negeri 4 Kota Tegal, Imam Sujarwanto, menyampaikan, ada dua acara sekaligus selain diskusi yakni tentang gaya hidup berkelanjutan tentang daur ulang sampah yang bisa disulap menjadi barang berguna. Pesertanya para siswa dan siswi Kelas 11.
“Kami ingin dengan adanya P5 tentang kearifan lokal para siswa dan siswi dapan mengenal tentang budaya, bahwa Tegal memiliki cerita rakyat yang tidak kalaah dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia,” ujar Imam Sujarwo.
Sebagai tambahan informasi, kegiatan P5 di SMA Negeri 4 ini, bakal berlangsung selama 10 hari, dan setelah teori akan dilanjutkan dengan praktek. Diharapkan, tahun ini bisa maju ke Adiwiyata Nasional. (Sup)
Baca Juga: Tradisi Tulis di Indonesia Kurang, Banyak Persoalan tidak Tuntas