Editor Indonesia, Purwokerto – Tak terasa, separuh hidupku telah kuhabiskan sebagai penjaga toko. Bukan sekadar istilah, tapi benar-benar menjadi penjaga toko dalam arti sesungguhnya. Sudah lebih dari dua dekade aku berada di balik etalase, rak, dan kasir sebuah toko yang menjadi bagian penting dari hidupku. Namanya Boersa Kampus, atau biasa kami sebut BK.
Toko swalayan ini berdiri pada tahun 1999, di Purwokerto, Jawa Tengah. Saat itu, negeri ini sedang dilanda krisis ekonomi hebat. Justru di tengah situasi sulit itulah, beberapa anak muda baru lulus kuliah bersama beberapa mahasiswa mencoba membangun sesuatu. Modal kami? Hampir tak ada. Hanya sebongkah tekad dan keberanian.
Kami membentuk koperasi, meski tanpa modal finansial sedikit pun. Uang pertama yang menghidupi toko ini lahir dari sebuah proposal yang disusun oleh seorang senior. Beberapa orang baik hati percaya pada mimpi kami dan bersedia menanamkan dana. Kerjasamanya sederhana, bahkan hanya “di bawah tangan”. Saat itu kami menyebutnya modal intelektual, meski jujur saja, secara intelektual pun kami masih pas-pasan.
Namun ada satu keyakinan yang tak tergoyahkan: orang selalu butuh berbelanja, apa pun kondisi ekonominya. Dari keyakinan itulah BK berdiri. Menjadi swalayan pertama di Purwokerto, jauh sebelum jaringan minimarket modern menjamur di kota ini.
Dari Lapak Kecil ke Omzet Miliaran
Kini, Boersa Kampus sudah mempekerjakan 16 karyawan penuh waktu —anak-anak muda kampung sekitar Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed). Selain itu, ada sekitar 10 mahasiswa paruh waktu yang bergantian bekerja. Ratusan mahasiswa pernah menjadi bagian dari BK. Banyak dari mereka yang kini sukses sebagai wirausaha maupun profesional, membawa pengalaman kerja pertama mereka dari toko ini.
Omzet toko pun telah menembus miliaran rupiah per tahun. Padahal, persaingan semakin keras. Minimarket jaringan nasional berdiri hanya beberapa ratus meter dari BK. Tapi kami masih berdiri, masih bertahan, dan terus berjuang.
Lebih dari Sekadar Toko
Bagiku, BK bukan hanya tempat bekerja. Di sinilah aku belajar tentang hidup, kesederhanaan, dan tanggung jawab. Aku menemukan keluarga di sini —karyawan yang dulu masih bujangan, kini sudah menjadi orang tua. Mereka semua adalah bagian dari perjalanan hidupku.
Di toko ini aku belajar manajemen, disiplin, hingga seni bertahan menghadapi masalah. Dari balik etalase, aku menyaksikan denyut ekonomi rakyat: bagaimana orang berbelanja di masa krisis, bagaimana roda perdagangan berputar, dan bagaimana sebuah toko kecil bisa memberi inspirasi besar.
BK bukan hanya soal bisnis. Ia adalah sekolah kehidupan. Dari toko ini pula, aku mendapat inspirasi untuk terus mengembangkan koperasi konsumen di Indonesia.
Harapan ke Depan
Kini, tepatnya 15 September 2025, Boersa Kampus genap berusia 25 tahun. Sebuah perjalanan panjang yang tak pernah aku bayangkan dulu ketika pertama kali menjaga toko ini.
Harapanku sederhana: semoga BK terus bertahan, terus tumbuh, dan menjadi inspirasi banyak orang untuk memulai usaha meski dengan segala keterbatasan.
Selamat ulang tahun ke-25, Boersa Kampus. Dari sebuah toko kecil, kau telah mengajarkan pada kami arti tekad, kerja keras, dan kebersamaan. (Didi)