Editor Indonesia, Jakarta — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump secara terbuka menyatakan bahwa negaranya sudah terlibat dalam perang dagang dengan China, di tengah upaya pejabat keuangan Washington menenangkan pasar global yang gelisah terhadap konflik tarif dan kendali ekspor mineral kritis.
“Ya, kalian sudah terlibat [perang dagang] sekarang,” ujar Trump kepada wartawan, Rabu waktu setempat.
“Kami memasang tarif 100%. Jika kami tidak melakukannya, kami akan dianggap tidak ada apa-apanya.”
Pernyataan itu muncul hanya beberapa jam setelah Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyebut kemungkinan memperpanjang jeda tarif impor terhadap barang-barang China lebih dari tiga bulan. Langkah itu dimaksudkan memberi ruang bagi kedua negara untuk menegosiasikan solusi atas kebijakan ekspor logam tanah jarang yang baru diterapkan Beijing.
AS dan China sebelumnya telah menyepakati gencatan tarif selama 90 hari sejak awal tahun ini, dengan batas waktu berikutnya pada November mendatang.
“Mungkinkah kita memperpanjang jeda ini? Mungkin. Namun semua itu masih akan dinegosiasikan dalam beberapa pekan ke depan,” kata Bessent dalam konferensi pers di Washington.
Ketidakpastian Pasar dan Respons Terkoordinasi
Pernyataan saling bertolak belakang antara Trump dan Bessent menunjukkan ketidakpastian arah kebijakan perdagangan AS, yang berdampak langsung pada sentimen pasar. Saham AS sempat naik usai pernyataan Bessent, namun komentar Trump muncul setelah perdagangan di New York ditutup, menambah kekhawatiran investor terhadap potensi eskalasi.
Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer menilai langkah Beijing memperketat ekspor logam tanah jarang akan berdampak luas terhadap industri global.
“Cakupan dan skalanya sungguh tak terbayangkan, dan tidak mungkin diimplementasikan,” ujarnya.
Bessent menyebut AS akan merespons secara komprehensif dan terkoordinasi bersama sekutu seperti Eropa, Australia, Kanada, India, dan negara-negara demokratis Asia.
“Kami akan berbicara dengan sekutu-sekutu kami minggu ini di Washington dalam rangkaian pertemuan IMF dan Bank Dunia,” ujarnya.
Eskalasi Tarif dan Rencana Diplomasi
Ketegangan semakin meningkat setelah China mengumumkan aturan baru yang mewajibkan izin ekspor untuk produk yang mengandung logam tanah jarang asal China. Sebagai respons, Trump mengancam akan memberlakukan tarif tambahan 100% terhadap seluruh barang China mulai 1 November, sekaligus mengancam membatalkan pertemuan dengan Presiden Xi Jinping.
Namun, Bessent memastikan Trump “sudah pasti” akan bertemu Xi akhir bulan ini di Korea Selatan, dalam rangkaian lawatan ke Asia yang mencakup KTT ASEAN di Malaysia serta pertemuan APEC di Jepang dan Korea Selatan. Ia juga menyebut negosiasi dagang AS-Korea Selatan hampir rampung, sementara pembicaraan dengan Kanada dan India menunjukkan kemajuan.
Kritik terhadap Pejabat China
Dalam kesempatan terpisah, Bessent melontarkan kritik keras terhadap Wakil Menteri Perdagangan China, Li Chenggang, yang disebutnya bertindak gegabah dan tidak sopan saat berkunjung ke Washington pada Agustus lalu. Ia bahkan menyebut Li sebagai “pejabat gila” setelah mengancam bahwa China akan menyebabkan kekacauan global bila AS menerapkan biaya tambahan terhadap kapal-kapal China.
“Jika China ingin menjadi mitra yang tidak dapat diandalkan bagi dunia, maka dunia akan memisahkan diri,” tegas Bessent.
“Kami tidak ingin pemisahan, kami ingin mengurangi risiko. Namun, sinyal-sinyal seperti ini justru mempercepat proses itu” ujar Bessent. (Frd)