Ekonomi

Zulhas : Indonesia Bisa Tidak Impor Beras Tahun Depan

×

Zulhas : Indonesia Bisa Tidak Impor Beras Tahun Depan

Sebarkan artikel ini
Pemerintah Targetkan Perum Bulog Serap 3 Juta Ton Beras Hingga April 2025, Ini Strateginya
Hamparan sawah siap panen di Purwodadi, Jateng/Dok.Editor Indonesia

Editor Indonesia, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan alias Zulhas menyebutkan, Indonesia bisa saja tidak impor beras tahun depan. Hal itu bisa dilakukan dengan cara meningkatkan produksi dalam negeri.

Lebih lanjut, Zulhas mengatakan, stok beras hingga akhir tahun 2024 akan mencapai dua juta ton.

“(Ada) 2 juta ton stok sekarang di Bulog, sampai nanti akhir Desember (2024),” ucap Zulhas usai melantik pejabat Eselon II Kemenko Pangan di Graha Mandiri, Jakarta Pusat, Senin (11/11/2024).

Pada tahun ini, Indonesia impor beras sebanyak 3,6 ton. Zulhas menyebutkan, dari jumlah itu, beras yang belum masuk tinggal 850.000 ton lagi.

“Ada yang belum bisa masuk bulan ini, tahun ini. Jadi masih ada sisa,” kata Zulhas.

“Oleh karena itu, karena stok kita banyak dan cukup, kemungkinan tahun depan kita usahakan, kita bisa tidak impor. Kalaupun (impor) sedikit saja,” ujar Zulhas.

Zulhas juga memastikan ketersedian beras saat periode shortage atau berkurangnya hasil panen padi pada Januari dan Februari 2025. Pada periode shortage, sebut Zulhas, biasanya produksi beras bisa 1 hingga 2,5 juta ton.

“Tapi Maret itu surplus, banyak. Jadi kalau kebutuhan 2,5 juta ton, biasanya Maret, April, Mei, itu produksi bisa 3,5 juta ton lebih. Nah, tapi tidak usah khawatir, stok kita sekarang di Bulog terakhir 2 juta ton,” kata Zulhas.

Zulhas berencana menggenjot produksi dalam negeri melalui tiga langkah utama. Pertama, mengoptimalkan lahan yang ada.

“Lahan yang ada itu kan ada yang tadah hujan. Nah bagaimana kita harus ada irigasi. Kalau ada bendungannya, mesti kita buat tersier irigasi. Kalau tidak ada, ada juga melalui pompa,” jelasnya.

Ia menyebut optimalisasi lahan ini sangat penting karena ada 20 persen lebih sawah yang idle atau ‘menganggur’ karena tidak ada akses irigasi yang memadai.

Kedua, lewat program cetak sawah baru di beberapa wilayah, misalnya Merauke. Langkah ini dilakukan untuk memastikan suplai beras yang mencukupi di masa mendatang, sehingga ketergantungan terhadap impor dapat ditekan.

“Kita juga buka sawah baru. Itu di Merauke dan ada beberapa tempat sawah baru,” ungkapnya.

Ketiga, penyediaan pupuk secara tepat waktu. Zulhas menekankan ketersediaan pupuk harus terjamin sebelum masa tanam dimulai. Dengan begitu produksi padi bisa lebih optimal.

“Yang ketiga, agar produksi naik, pupuk tepat waktu sebelum tanam sudah ada,” tegasnya.

Ditambahkan oleh Zulhas, fungsi koordinasi sangat penting agar pupuk dapat disalurkan tepat waktu, sehingga produktivitas sawah bisa meningkat.

“Jangan sampai pupuk sudah tanam, mau panas baru datang. Harus tepat waktu. Oleh karena itu, fungsi koordinasi sangat penting,” tegasnya. (Frd)