Iklan SMPB
EkonomiPerbankan

Bedah Buku Mega Krisis Bank Mandiri: Pelajaran Mengembalikan Kepercayaan Publik

×

Bedah Buku Mega Krisis Bank Mandiri: Pelajaran Mengembalikan Kepercayaan Publik

Sebarkan artikel ini
Bedah Buku Mega Mega Krisis Bank Mandiri: Pelajaran Mengembalikan Kepercayaan Publik
Bedah Buku Mega Mega Krisis Bank Mandiri, memperingati dua dekade krisis perbankkan nasional/dok.isti

Editor Indonesia, Jakarta – Bedah buku Mega Krisis Bank Mandiri memperingati dua dekade setelah krisis besar yang mengguncang PT Bank Mandiri Tbk pada tahun 2005,  dikupas  untuk menggali kisah penting dari periode yang penuh tantangan dan bagaimana mengembalikan kepercayaan publik

Dalam acara Bedah Buku & Seminar yang digelar di Hotel The Westin Jakarta, mantan Direktur Utama Bank Mandiri, Agus Martowardojo, dan Iskandar Tumbuan, salah satu penulis buku, berbagi pandangan mendalam tentang krisis ini dan bagaimana institusi tersebut berhasil bangkit.

Acara ini juga menghadirkan Jojo S. Nugroho, pakar komunikasi krisis dan akademisi, serta Andi Suruji, jurnalis senior yang kini menjabat CEO Celebes Media Group, untuk memberikan perspektif profesional. Berikut ini pandangan para profesional yang hadir;

Agus Martowardojo
Agus Martowardojo mengenang krisis besar yang melanda Bank Mandiri pada pertengahan 2004, yang dipicu kebocoran laporan keuangan dan menunjukkan lonjakan non-performing loan (NPL) hingga 27% serta penurunan laba bersih dari Rp5,2 triliun menjadi hanya Rp600 miliar.

“Bank Mandiri saat itu menghadapi badai kepercayaan. Kebocoran laporan keuangan membuat publik dan pemangku kepentingan mempertanyakan kredibilitas bank. Namun, kami memutuskan untuk menjadikan krisis ini sebagai titik awal transformasi besar-besaran,” ujar Agus.

Agus menjelaskan bahwa transformasi ini melibatkan perbaikan tata kelola, manajemen risiko, dan budaya organisasi. “Transformasi kami rancang bertahap: tiga tahun pertama untuk back on track, tahun keempat untuk mengungguli pasar, dan tahun kelima untuk membangun endgame. Strategi ini kami komunikasikan secara konsisten untuk membangun kepercayaan kembali,” tambahnya.

Iskandar Tumbuan
Iskandar Tumbuan, salah satu penulis buku dan mantan praktisi komunikasi di Bank Mandiri, menyoroti peran krusial komunikasi publik dalam pemulihan reputasi bank.

“Buku ini bukan hanya membahas strategi transformasi tetapi juga bagaimana komunikasi menjadi jantung dari pemulihan. Setiap pesan yang kami sampaikan, baik kepada internal maupun eksternal, menjadi langkah penting dalam membangun kembali kepercayaan publik,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa komunikasi yang efektif membantu mengubah persepsi negatif publik terhadap Bank Mandiri sebagai bank pemerintah yang lamban dan birokratis. “Dengan narasi yang inklusif dan strategi komunikasi yang terarah, kami berhasil menunjukkan bahwa Bank Mandiri adalah institusi yang responsif dan inovatif,” katanya.

Jojo S. Nugroho
Pakar komunikasi krisis dan akademisi ini, memberikan perspektif tambahan mengenai pentingnya komunikasi dalam mengelola krisis besar seperti yang dialami Bank Mandiri.

“Kasus Bank Mandiri tahun 2005 ini adalah contoh nyata bagaimana komunikasi yang strategis dapat menyelamatkan reputasi dan mendorong perubahan organisasi. Krisis yang dikelola dengan buruk dapat menghancurkan sebuah institusi, tetapi krisis yang dikelola dengan baik, seperti yang dilakukan Bank Mandiri, justru bisa menjadi katalisator perubahan,” ujarnya.

Jojo juga menekankan pentingnya transparansi dalam krisis. “Keberanian Bank Mandiri untuk bersikap terbuka, meskipun berada di bawah tekanan publik dan parlemen, menunjukkan komitmen mereka terhadap tata kelola yang baik. Ini adalah fondasi utama untuk membangun kembali kepercayaan,” tambahnya.

Andi Suruji
Sebagai seorang jurnalis senior, Andi Suruji yang pernah berada di media Kompas, menekankan pentingnya peluncuran buku ini sebagai dokumentasi sejarah yang bernilai bagi generasi mendatang.

“Sebagai seorang yang pernah meliput krisis-krisis besar, termasuk di sektor perbankan, saya melihat buku ini tidak hanya menjadi catatan penting bagi Bank Mandiri, tetapi juga sebagai pelajaran untuk semua institusi tentang bagaimana menghadapi badai dengan kepala tegak,” kata Andi.

Menurut Andi, pelajaran terbesar dari krisis ini adalah pentingnya kombinasi kepemimpinan yang tangguh, manajemen risiko yang baik, dan komunikasi yang terarah. “Buku ini menjadi saksi bagaimana strategi yang tepat bisa mengubah potensi kehancuran menjadi kisah sukses yang inspiratif. Di Makassar, tempat saya kini berkarya, banyak institusi dapat belajar dari bagaimana Bank Mandiri menghadapi dan mengelola krisis ini,” ujar Andi.

Andi juga memuji pendekatan komunikatif yang diterapkan Agus Martowardojo dan timnya. “Mereka tidak hanya berbicara kepada publik, tetapi juga kepada hati mereka yang terlibat dalam proses transformasi ini. Pendekatan ini menunjukkan kekuatan narasi dalam membangun kepercayaan,” tambahnya.

Kisah Transformasi yang Menginspirasi
Mega Krisis Bank Mandiri 2005 mengungkap bagaimana krisis dapat menjadi peluang untuk bertransformasi. Di bawah kepemimpinan Agus Martowardojo, Bank Mandiri berhasil bangkit dan kini menjadi simbol kesuksesan transformasi di Indonesia.

Buku ini juga menyoroti pentingnya peran komunikasi publik, manajemen risiko, dan inovasi teknologi dalam menciptakan perubahan yang berkelanjutan.

Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk praktisi perbankan, akademisi, jurnalis, dan profesional komunikasi, yang mengapresiasi nilai strategis buku ini. Dengan peluncuran buku ini, diharapkan banyak institusi lain dapat terinspirasi untuk terus beradaptasi dan berkembang dalam menghadapi tantangan zaman. (RO)