Gaya Hidup

Dampak Polusi Udara Jakarta Bagi Kesehatan Fisik dan Mental: Fakta dan Solusi

×

Dampak Polusi Udara Jakarta Bagi Kesehatan Fisik dan Mental: Fakta dan Solusi

Sebarkan artikel ini
Kualitas Udara Jakarta Terburuk Ketiga di Dunia Jumat Ini
Ilustrasi buruknya kualitas udara di Jakarta/dok.editor indonesia-ai

Editor Indonesia, Jakarta – Pada 2 Juli 2024 pukul 08.27 WIB, kualitas udara di Jabodetabek tercatat memburuk. Menurut IQAir, Jakarta menduduki peringkat keempat sebagai kota dengan polusi tertinggi di dunia, dengan konsentrasi PM2.5 sebesar 58 µg/m³, yang tergolong dalam kategori tidak sehat.

Kualitas udara yang buruk berdampak signifikan terhadap kesehatan fisik, terutama sistem pernapasan. Studi gabungan antara Nafas dan Halodoc menunjukkan bahwa setiap peningkatan 10 µg/m³ pada konsentrasi PM2.5, risiko penyakit pernapasan meningkat sebesar 34%. Namun, dampak buruk polusi udara tidak hanya terbatas pada kesehatan fisik saja.

Polusi Udara dan Kesehatan Mental

Selain kesehatan fisik, polusi udara juga memengaruhi kesehatan mental. Studi yang dipublikasikan oleh PubMed Central dalam jurnal Environmental Pollution mengungkapkan adanya korelasi antara paparan jangka panjang terhadap PM2.5 dengan peningkatan risiko depresi. Polusi udara dapat mengurangi tingkat kebahagiaan dan meningkatkan gejala depresi.

Partikel PM2.5: Ancaman Tersembunyi

Psikolog Patricia Elfira Vinny menjelaskan bahwa PM2.5 merupakan partikel polusi terkecil yang sangat berbahaya karena tidak bisa disaring oleh tubuh. “Paparan jangka panjang terhadap polutan udara dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, psikosis, bahkan demensia,” ujar Patricia dalam keterangan persnya, Selasa (2/7/2024).

Anak-Anak dan Remaja: Kelompok Rentan

Anak-anak dan remaja yang terpapar polusi udara pada tahap perkembangan kritis mereka berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan mental di masa depan. Risiko ini meningkat di daerah metropolitan seperti Jabodetabek, di mana kondisi psikososial masyarakat lebih kompleks.

Polusi Udara dan Kesehatan Mental di Kawasan Metropolitan

Kemacetan, kualitas udara buruk, masalah finansial, dan tekanan pekerjaan merupakan faktor-faktor yang meningkatkan kerentanan masyarakat metropolitan terhadap gangguan kesehatan mental. Jika polusi udara terus berlanjut, jumlah penduduk yang mengalami gangguan kesehatan mental di Indonesia diperkirakan akan meningkat.

Data Gangguan Kesehatan Mental di Indonesia

Kementerian Kesehatan mencatat bahwa 1 dari 10 orang di Indonesia telah mengalami gangguan kesehatan mental. Gejala awal yang sering muncul termasuk kesulitan berkonsentrasi, rasa tidak tenang, ketidakmampuan membuat keputusan, dan gangguan tidur.

Dampak polusi udara juga akan menganggu kesehatan mental yang tidak ditangani dengan baik dapat berpotensi menyebabkan bunuh diri. Studi dari National Bureau of Economic Research di Cambridge menunjukkan bahwa polusi udara meningkatkan angka kematian bunuh diri hingga 0,49% pada kasus bunuh diri harian setiap peningkatan 1 µg/m³ PM2.5 harian.

Pentingnya Penanganan yang Tepat

Patricia menekankan pentingnya berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater ketika gejala awal gangguan kesehatan mental muncul. “Untuk menjaga kesehatan mental di tengah kualitas udara yang buruk dan berbagai stressor lainnya, hindari self-diagnose dan konsultasikan dengan profesional untuk mendapatkan penanganan yang tepat,” tutupnya. (Frd)