Ekonomi

Ilham Habibie: Hilirisasi Saja Tak Cukup, Indonesia Butuh Reindustrialisasi agar Industri Bangkit

×

Ilham Habibie: Hilirisasi Saja Tak Cukup, Indonesia Butuh Reindustrialisasi agar Industri Bangkit

Sebarkan artikel ini
Ilham Habibie: Hilirisasi Saja Tak Cukup, Indonesia Butuh Reindustrialisasi agar Industri Bangkit
Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Dr.-Ing. Ir. Ilham Akbar Habibie, MBA., IPU., ASEAN Eng/dok.Editor Indonesia/HO-PII
Ilham Habibie: Hilirisasi Saja Tak Cukup, Indonesia Butuh Reindustrialisasi agar Industri Bangkit

Editor Indonesia, Depok — Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Dr.-Ing. Ir. Ilham Akbar Habibie, MBA., IPU., ASEAN Eng., menegaskan kebijakan hilirisasi yang selama ini didorong pemerintah belum memadai untuk mendorong pertumbuhan industri nasional. Indonesia, katanya, membutuhkan reindustrialisasi agar industri kembali berada di jalur yang tepat dan mampu menggerakkan ekonomi.

Pernyataan itu disampaikan dalam Sarasehan & Focus Group Discussion PII bertema “Menuju Reindustrialisasi dan Industri Berkelanjutan Indonesia” di Gedung IDE, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok, Minggu (16/11). Acara turut dihadiri elite PII dan pimpinan Universitas Indonesia, termasuk Wakil Rektor UI Prof. Ir. Mahmud Sudibandriyo, MSc., PhD.

Hilirisasi Dinilai Belum Jawab Tantangan Industri

Ilham Habibie menilai hilirisasi tidak cukup komprehensif dan belum menjawab persoalan fundamental industri dalam negeri. Reindustrialisasi yang ia maksud bukanlah mengulang model industrialisasi masa lalu yang lekat dengan isu pencemaran atau konflik lahan, melainkan membangun industri yang berkelanjutan, sirkular, regeneratif, dan human-centric, sesuai tuntutan abad ke-21.

“Reindustrialisasi bukan berarti kembali ke pola lama. Yang kita dorong adalah industri yang memenuhi kebutuhan negeri, bernilai tambah, dan menyerap banyak tenaga kerja,” ujar Ilham.

Mengembalikan Industri ke Jalur yang Benar

Menurut Ilham, reindustrialisasi diperlukan agar sektor-sektor industri kembali berjalan sesuai regulasi dan menciptakan nilai tambah yang sesuai minat pasar. Ia menilai hilirisasi saat ini tidak fokus pada sektor industri yang telah kuat dan tidak cukup mendukung penciptaan lapangan kerja berskala besar.

“Konsep reindustrialisasi memastikan industri di Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, menyerap tenaga kerja lokal, dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang sehat,” tegasnya.

Indonesia Mengalami Deindustrialisasi Dini

Ilham juga mengingatkan bahwa Indonesia tengah menghadapi fenomena deindustrialisasi dini, terlihat dari turunnya kontribusi sektor industri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Indonesia yang pernah mencatat kontribusi lebih dari 20%, kini hanya berada pada kisaran 17% pada triwulan II 2025.

“Kita pernah mencapai di atas 20%, tetapi sekarang berada di bawah angka itu. Inilah yang disebut deindustrialisasi,” katanya.

Tidak Seperti Negara Maju

Ilham membandingkan kondisi ini dengan Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Negara-negara tersebut mengalami deindustrialisasi setelah industri mereka mencapai titik puncak dan ekonominya berkembang pesat ke sektor jasa. Sementara itu, kontribusi sektor jasa Indonesia masih terlalu kecil untuk menggantikan peran industri.

Ilham Habibie: Hilirisasi Saja Tak Cukup

“Negara-negara maju melakukan deindustrialisasi bukan karena industrinya menurun, tetapi karena sektor jasa mereka berkembang pesat. Di Indonesia, sektor jasa belum cukup kuat,” jelasnya. (RO/Har)

Baca Juga:Workshop Model Bisnis, PPIU Jatim Fasilitasi Penyuluh bagi Petani Muda Banyuwangi