Ekonomi

Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Catat Pertumbuhan 6,7% pada 2025

×

Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Catat Pertumbuhan 6,7% pada 2025

Sebarkan artikel ini
Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Catat Pertumbuhan 6,7% pada 2025
Pekerja di pabrik textil/Dok.antara

Editor Indonesia, Jakarta — Sektor industri kimia, farmasi, dan tekstil (IKFT) mencatatkan pertumbuhan impresif sebesar 6,7% secara tahunan (year on year/yoy). Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut capaian ini semakin memperkuat peran strategis sektor IKFT dalam menopang perekonomian nasional.

“Sektor IKFT telah berkontribusi sebesar 3,82% terhadap PDB nasional. Hal ini menunjukkan peran penting sektor ini sebagai motor pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif dan berkelanjutan,” kata Sekretaris Ditjen Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kemenperin, Sri Bimo Pratomo, dalam keterangan resmi, Senin (6/10/2025).

Lonjakan Sub-sektor

Kinerja positif ini ditopang oleh pertumbuhan signifikan di beberapa subsektor. Industri bahan galian non-logam mencatat kenaikan tertinggi sebesar 10,07% pada triwulan II 2025, setelah sebelumnya minus 1,68% pada triwulan I.

Sementara itu, subsektor kimia, farmasi, dan obat tradisional melonjak 9,39%, jauh lebih tinggi dibandingkan 3,68% pada triwulan I 2025 maupun 4,47% di triwulan IV 2024. Industri kulit, barang kulit, dan alas kaki juga tumbuh dari 6,95% menjadi 8,31%.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor alas kaki (HS 64) Januari–Agustus 2025 mencapai US$5,16 miliar, tumbuh 11,89% dibanding periode sama 2024 sebesar US$4,61 miliar. Ekspor tekstil dan produk tekstil (HS 50-63) juga naik 0,24% menjadi US$8,01 miliar.

Secara total, ekspor gabungan alas kaki dan TPT tembus US$13,17 miliar atau naik 4,51% dari tahun lalu. Produk kimia (HS 38) juga memberi kontribusi signifikan dengan ekspor mencapai US$6,12 miliar.

Kebijakan Hilirisasi

Untuk menjaga momentum, Kemenperin mendorong hilirisasi pada industri kimia berbasis migas dan bahan galian non-logam, serta penguatan basis ekspor komoditas andalan seperti tekstil, pakaian jadi, dan alas kaki.

“Tindakan strategis ini diharapkan dapat memperkuat daya saing industri nasional sekaligus mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan,” ujar Bimo.

Meski tumbuh positif, sektor IKFT tetap menghadapi tantangan serius, khususnya industri tekstil yang dilanda gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK). Tahun ini, PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), salah satu produsen tekstil terbesar di Indonesia, merumahkan sekitar 11 ribu pekerja akibat tekanan bisnis.

Penopang Ekspor Nonmigas

BPS mencatat, pada Agustus 2025, sektor industri pengolahan nonmigas menyumbang 72,55% dari total ekspor Indonesia atau senilai US$13,22 miliar. Secara kumulatif Januari–Agustus 2025, ekspor sektor ini mencapai US$104,43 miliar, naik 7,91% yoy, dan berkontribusi 71,32% terhadap total ekspor nasional.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan, “Capaian ini menunjukkan industri pengolahan nonmigas memiliki peran strategis dalam menjaga kinerja ekspor sekaligus memperkuat struktur ekonomi nasional.” (Did)