Editor Indonesia, Jakarta – Istiqlal masjid paling hijau se-dunia, kok hijau? Bukankah warna dominan Masjid Istqal adalah putih? Kubah, menara dan dindingnya pun berwarna putih kan? Iya memang, putih memang warna dominan Masjid Istiqal, Jakarta.
Kata ‘hijau’ di dalam tulisan ini bukan persoalan warna, melainkan merujuk kepada praktek hemat energi dan ramah lingkungan. Maka arti ‘masjid hijau’ adalah masjid yang hemat energi sekaligus ramah lingkungan.
Predikat keren itu bukanlah klaim sepihak pengurus Masjid Istiqal, tapi pengakuan International Finance Corporation (IFC). Pengakuannya berupa sertifikat Excellence in Design for Greater Efficiencies (EDGE) sebagai rumah ibadah yang ramah lingkungan (green mosque) karena dinilai telah membantu memerangi perubahan iklim dengan ikut menurunkan emisi karbon.
Sertifikat langka tersebut telah diterimakan IFC -lembaga anggota Bank Dunia- kepada Imam Besar Masjid Istiqal Prof. Nasaruddin Umar di Washington DC, Amerika Serikat, pada dua tahun lalu. Kabarnya kembali jadi perhatian setelah New York Times edisi April 2024 melansirnya ulang dalam artikel mengenai gerakan membangkitkan kesadaran merawat lingkungan melalui ajaran Islam yang berkembang di berbagai negara.
Di dalam ceramah-ceramahnya di berbagai forum ilmiah atau keagamaan, Prof. Nasaruddin sangat sering menyinggung isu lingkungan hidup. Dia berpandangan pelaksaan ajaran Rasulullah Muhammad SAW agar umat Islam peduli terhadap alam setara dengan perintah menjalankan kewajiban salat, berpuasa Ramadhan atau memberi sedekah. Harus dilakukan secara rutin sehingga menjadi kebiasaan.
“Menanam pohon pun harus menjadi kebiasaan kita, sebagai umat muslim,” ujarnya.
Selain penghijauan dan pembersihan aliran anak sungai secara rutin yang melintasinya, masjid terbesar di Asia Tenggara ini melakukan banyak aksi lain sehingga meraih pengakuan dunia sebagi green building. Di antaranya yang dilakukan Istiqlal adalah:
– Memasang 500 panel surya sebagai pemasok hampir 40% daya listrik yang dibutuhkan setiap harinya.
– Menghemat konsumsi air bersih dengan menggunakan kran air aliran lambat di tempat wudhu, kamar mandi dan toilet.
– Menampung dan mendaurulang air bekas wudhu untuk menyiram tanaman dan
pembilas toilet.
– Mendaurulang sampah-sampah organik sebagai pupuk kompos tanaman di lingkungan
Masjid Istiqal
– Menghemat konsumsi gas Elpiji untuk keperluan memasak dengan cara mendaurulang ampas dalam septic tank sebagai biogas.
“Jadi lampu yang menyala pada malam hari bukan lagi dari PLN, tapi melalui tenaga surya. Dan anak-anak (pengurus) Masjid Istiqlal itu ya masaknya pakai biogas (hasil daur ulang kotoran dalam septic tank),” ungkap Prof. Nasaruddin sebagaimana dikutip dari ihram.co.id edisi 11 Juli 2022.
Pengakuan terhadap keberhasilan Masjid Istiqal menghemat energi jadi pemacunya mencapai target berikutnya. Dia ingin membantu mengubah 70% dari 800 ribu masjid di Indonesia menjadi “eco-mosque” atau masjid yang ramah lingkungan sekaligus hemat energi sebagaimana perintah Rasulullah SAW.
“Sebagai negara dengan jumlah umat Islam terbesar di dunia, kita harus memberikan contoh baik bagi masyarakat Muslim,” kata mantan wakil Menteri Agama RI ini dalam wawancaranya dengan New York Times. (Luhur Hertanto/EI-1)