Editor Indonesia, Jakarta – Kementerian BUMN membantah bahwa proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung alias Whoosh membuat PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) merugi. Pasalnya, investasi Whoosh masih di tahap awal.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Mahendra Sinulingga mengatakan investasi yang digelontorkan perseroan belum memperlihatkan hasil lantaran proyek tersebut baru berjalan.
“Bukan menyumbang kerugian, di mana-mana orang ada investasi dulu. Misalnya bikin rumah, rugi atau tidak kalau tahun pertama, gimana? Untuk bisnis, kalau bikin rugi jika misalnya perusahan kereta cepatnya tidak jalan,” kata Arya, dikutip Selasa (16/7/2024).
Dia menambahkan saat ini operasional Whoosh terus meningkat secara bertahap, khususnya dari rata-rata penumpang harian. Kementerian BUMN juga berencana menambah jadwal perjalanan Kereta Cepat Whoosh dari 40 menjadi 60 perjalanan per hari.
“Target kami kan 60-an trayek, sekarang masih sekitar 40. Bertahap dari target awal 30-an sekarang [penumpang] sudah 21.000-an. Ya tidak mungkin tiba-tiba orang jualan masa langsung tercapai, dia [Whoosh] bertahap tetapi sekarang sudah bagus,” imbuh Arya.
Sebagaimana diketahui, pembangunan proyek Kereta Cepat Whoosh diperoleh dari dana pinjaman China Development Bank sebesar 75 persen. Sedangkan 25 persen merupakan setoran modal pemegang saham, yaitu gabungan dari PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) senilai 60 persen dan Beijing Yawan HSR Co. Ltd. 40 persen.
Adapun bisnis Whoosh dikelola oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), sebuah perusahaan patungan yang dibentuk oleh PSBI dan konsorsium perusahaan perkeretaapian China, melalui Beijing Yawan HSR Co. Ltd.
Di sisi komposisi pemegang saham PSBI yaitu PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI 51,37 persen, Wijaya Karya 39,12 persen, PT Perkebunan Nusantara I 1,21 persen, dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk 8,30 persen.
Adapun komposisi pemegang saham Beijing Yawan HSR Co. Ltd yaitu CREC 42,88 persen, Sinohydro 30 persen, CRRC 12 persen, CRSC 10,12 persen, dan CRIC 5 persen.
Sementara itu, dalam perkembangan lain, proyek Kereta Cepat Whoosh dituding sebagai salah satu penyebab membengkaknya kerugian WIKA pada tahun lalu. Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito mengatakan ada dua komponen yang mempengaruhi keuangan perseroan, yakni tingginya beban bunga dan beban lain-lain yang bengkak karena kerugian PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).
Sepanjang tahun lalu, WIKA membukukan rugi bersih tahun berjalan sebesar Rp7,12 triliun. Jumlah tersebut meningkat dari posisi 2022 yang mencapai Rp59,59 miliar. Sedangkan beban lain-lain, meningkat 310,16% menjadi Rp5,4 triliun.
“Memang paling besar karena dalam penyelesaian proyek Kereta Cepat Jakarta – Bandung, yang memang dari penyertaannya saja sudah Rp6,1 triliun, kemudian yang masih dispute atau belum dibayar sekitar Rp5,5 triliun sehingga hampir Rp12 triliun,” kata Agung. (Frd)











