Editor Indonesia, Banjarnegara – Kementerian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menegaskan pentingnya pengembangan Modified Cassava Flour (Mocaf) sebagai langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor gandum.
Sekretaris Kementerian UMKM, Arif Rahman Hakim, menyebut bahwa Mocaf yang diproduksi oleh UD Usaha Mandiri di Banjarnegara memiliki potensi besar sebagai bahan baku alternatif pengganti tepung terigu. Pasalnya, kondisi agroekosistem Indonesia tidak mendukung budidaya gandum secara luas.
Dalam kunjungannya ke UD Usaha Mandiri pada Sabtu (18/10), Arif menegaskan bahwa singkong sebagai bahan baku Mocaf merupakan produk unggulan daerah yang berperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan petani.
“UD Usaha Mandiri asal Banjarnegara ini sangat membanggakan dan bisa menjadi contoh nyata dalam upaya substitusi impor gandum secara nasional,” ujarnya.
Dari Singkong Lokal ke Pasar Global
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, produksi singkong di tujuh kota dan kabupaten di Jawa Tengah mencapai 2,55 juta ton pada 2023, dengan Banjarnegara menjadi salah satu sentra utamanya.
Melalui kolaborasi antara Kementerian UMKM, LPPM Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), UD Usaha Mandiri berhasil menerapkan teknologi pengolahan singkong menjadi Mocaf secara efisien dan berkelanjutan.
Saat ini, dengan enam pekerja tetap dan 24 pekerja paruh waktu, pabrik tersebut mampu memproduksi 60–100 ton Mocaf per bulan. Produk Mocaf Banjarnegara telah dipasarkan ke berbagai daerah di Indonesia seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatra, dan Sulawesi — bahkan telah menembus pasar ekspor ke Arab Saudi dan Dubai.
Sebagai satu-satunya pabrik Mocaf di Banjarnegara dan salah satu dari dua di Jawa Tengah, UD Usaha Mandiri kini disiapkan menjadi proyek percontohan nasional.
“UMKM Mocaf bisa naik kelas melalui peningkatan kapasitas dan pendampingan berkelanjutan. Dengan begitu, terbentuk ekosistem produksi dari hulu ke hilir yang berdaya saing,” kata Arif.
Kementerian UMKM juga berkomitmen menyediakan skema pembiayaan serta membangun rantai pasok bersama para pemangku kepentingan untuk memperkuat industri olahan singkong.
Arif menekankan pentingnya kedisiplinan dan manajemen produksi yang baik agar industri Mocaf mampu tumbuh berkelanjutan.
Potensi Pasar dan Keunggulan Kesehatan
Pendamping UD Usaha Mandiri sekaligus peneliti Unsoed, Santi Dwi Astuti, menjelaskan bahwa Mocaf memiliki potensi pasar besar di dalam dan luar negeri. Selain teksturnya mirip tepung gandum, Mocaf unggul secara kesehatan: bebas gluten, rendah gula, berindeks glikemik rendah, dan kaya serat.
“Mocaf sangat cocok untuk masyarakat dengan kebutuhan kesehatan khusus,” kata Santi.
Inovasi Produk Turunan
UD Usaha Mandiri juga menggandeng Kelompok Wanita Tani (KWT) Sinar Tani, Unsoed, dan AMIKOM Purwokerto untuk mengembangkan produk turunan Mocaf, seperti tepung kue, kukis, sereal, mi, dawet, hingga beras analog.
Langkah ini memperluas diversifikasi produk berbasis singkong sekaligus meningkatkan nilai tambah di tingkat lokal.
Namun, Santi mengakui masih ada sejumlah tantangan seperti kapasitas produksi terbatas, standardisasi mutu, dan strategi pemasaran yang perlu ditingkatkan.
Dampak Ekonomi bagi Petani Lokal
Pemilik UD Usaha Mandiri, Supriyanto, berharap dukungan pemerintah dapat mempercepat peningkatan kapasitas produksi menjadi minimal 300 ton per bulan agar dapat memenuhi permintaan pasar domestik dan ekspor.
Selain memperkuat industri pangan lokal, kehadiran UD Usaha Mandiri turut meningkatkan pendapatan petani singkong, karena hasil panen mereka diserap dengan harga lebih tinggi dibandingkan tengkulak.
“Harapannya, singkong petani bisa diserap lebih banyak dengan harga yang lebih baik sehingga kesejahteraan mereka meningkat,” ujar Supriyanto. (RO/Har)
Baca Juga: Tapioka Lokal Menumpuk, Impor Murah Rugikan Petani dan Industri Singkong












