Hukum

Ormas Pendukung SYL Diduga Aniaya Wartawan Kompas TV

×

Ormas Pendukung SYL Diduga Aniaya Wartawan Kompas TV

Sebarkan artikel ini
Kasus Dugaan Ormas Pendukung SYL Keroyok Wartawan, 2 Orang Ditangkap
Kericuhan usai pembacaan putusan bekas mentan SYL di Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis (11/7/2024)/dok. editor indonesia

Editor Indonesia, Jakarta – Ormas pendukung SYL diduga aniaya wartawan Kompas TV. Hal ini terjadi Usai sidang pembacaan putusan Eks Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang divonis 10 tahun penjara, denda Rp300 juta. Serta harus membayar uang pengganti Rp14,1 miliar dan 30 ribu dolar Amerika Serikat.

Kericuhan terjadi karena ada sejumlah anggota organisasi masyarakat berusaha mendorong polisi dan wartawan saat hendak ke luar ruang sidang. Sempat terjadi kekacauan, hingga membuat peralatan wartawan rusak. Selain itu, pagar ruang sidang pun jebol.

Imbas kericuhan itu, sejumlah kamera wartawan media televisi seperti Kompas Tv, CNN Tv, dan tvOne rusak terjatuh lalu terinjak-injak. Kemudian, seorang juru kamera Kompas Tv, Bodhiya Vimala juga mengaku ditendang oleh oknum pendukung SYL.

Akibat dari kekerasan yang diterimanya, Jurnalis Kompas TV Bodhiya Vimala melaporkan aksi kekerasan yang dilakukan pendukung eks Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) ke Polda Metro Jaya, Kamis (11/7/2024) sore.

Ada tiga oknum ormas yang diduga melakukan penganiayaan pada Bodhiya. Mereka memukul dan ada pula yang melayangkan tendangan ke beberapa bagian. Bodhiya pun kemudian melaporkan aksi dugaan penganiayaan yang dialaminya ke Polda Metro Jaya. Laporan korban teregistrasi dengan nomor LP/B/3926/SPKT/Polda Metro Jaya per pukul 16.39 WIB.

“Sebenarnya pas mereka memukul atau menendang, saya menghindar. Jadi enggak ada yang terluka kalau fisik,” ujar Bodhiya di Polda Metro Jaya, Kamis.

Peristiwa yang dialami Bodhiya berawal usai hakim menyatakan sidang itu ditutup. Petugas kemudian membawa SYL ke luar ruang sidang. Seketika, oknum ormas bernama Formasi itu membuat barikade. Tujuannya agar SYL mendapatkan jalan ke luar ruang sidang.

Bodhiya membeberkan, awalnya rekan media telah sepakat dengan pihak ormas pendukung SYL untuk mendapatkan gambar SYL. Namun, setelah sidang vonis selesai, ormas tersebut malah menutup pintu saat media akan melakukan wawancara dengan SYL.

“Awalnya kan memang ormas itu sudah datang dari pagi, kayak biasa lah, kita selesai sidang anak-anak TV blocking untuk ngambil doorstop akhir di persidangan. Terus ormas itu masuk nutupin pintu ruang sidang. Saat itu kondisi ruang sidang penuh dan mereka masuk menutup pintu keluar,” imbuhnya.

“Kita sebenarnya sudah sepakat sama ormas itu, karena anak-anak TV yang lain juga minta ngebuka jalan lah, supaya pas SYL keluar kita sama-sama dapat gambarnya. Tapi pas SYL keluar, mereka langsung desak-desakan keluar, dorong, akhirnya bikin rusuh suasana,” sambungnya

Bodhiya mengaku bahwa saat insiden tersebut terjadi, tidak hanya dirinya yang menjadi korban, tetapi juga rekan-rekan media lainnya. Akibatnya, banyak alat dokumentasi yang rusak.

“Banyak korban dan dari kawan-kawan TV lain juga ada yang terdampak barang liputannya. Kalau saya sendiri tadi sempat jatuh karena desak-desakan, saya soalnya sambil melindungi alat-alat dan segala macem, akhirnya keinjak-injak,” tuturnya.

Bodhiya menjelaskan bahwa pemukulan terjadi karena ia sempat meneriakkan ‘koruptor’ yang ditujukan kepada SYL. Hal itu yang memicu ormas tersebut untuk menyerangnya.

“Kalau pukulan itu, awalnya memang ada teriakan dari saya. Saya teriak ‘koruptor’ gitu. Lalu ormas itu datang ke saya, coba melakukan pemukulan dan penendangan,” katanya.

Lebih lanjut, Bodhiya menegaskan, meski tidak ada luka bekas pukulan, ia membawa satu kamera yang rusak sebagai barang bukti, serta video pemukulan untuk melengkapi laporannya. (Frd)