Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia/dok.kompas

Kini Waktunya Membeli Saham Emiten Perbankan

Editor Indonesia, Jakarta – Kini waktunya membeli saham emiten perbankan yang terkoreksi. Melemahnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat hari pertama dibuka pasca liburan Idul Fitri 1445 Hijriah, sudah diprediksi bannyak pihak.

IHSG pada Selasa (16/4) dibuka terkoreksi pada level 7285,78 (-0,01%) dari penutupan sebelumnya di level 7.286,88, dan langsung merosot menyentuh 7.066,57 (-3,02%), dan kini bergerak di kisaran 7,146,35 (-1,93%).

Terdapat serangkaian sentimen negatif dari eksternal selama periode libur Idul Fitri di Indonesia, utamanya berdampak pada emiten sektor yang sensitif terhadap suku bunga, seperti perbankan, properti dan teknologi.

“Mereka berpeluang memimpin penurunan IHSG,” kata Investment Analyst Lead Stockbit Edi Chandren, di Jakarta, Selasa (16/4/2024).

Saham Bank Negara Indonesia (BBNI) telah terkoreksi turun 2,83% dan berada di level 5.150 per lembar. Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) terkoreksi turun 3,98% ke level 5.425 per lembar.

Saham emiten Bank Mandiri terkoreksi turun 4,03% dan berada di level 6.550 per lembar. Saham Bank Central Asia (BBCA) terkoreksi turun 3,82% di level 9.450 per lembar.

Namun, dia menilai bahwa koreksi ini bisa menjadi kesempatan bagi investor untuk membeli saham perbankan dengan valuasi yang lebih menarik, sebab menurut dia, fundamental dan prospeknya yang masih tergolong baik.

Adapun selama periode libur Hari Raya Idul Fitri 2024, terdapat beberapa perkembangan yang perlu diperhatikan oleh investor.

Pertama, rilis Angka Inflasi AS Kembali Lampaui Ekspektasi – AS mencatat inflasi sebesar 3,5% YoY pada Maret 2024 (versus Februari 2024, dimana inflasi AS tercatat sebesar 3,2%), melampaui ekspektasi konsensus di level 3,4%.

Angka ini menandai rilis data inflasi AS yang lebih tinggi dari ekspektasi selama tiga bulan berturut-turut sejak Januari 2024, sehingga kembali menguatkan narasi higher for longer rates.

Berdasarkan analisis dari CME FedWatch Tool, saat ini market berekspektasi bahwa The Fed baru akan mulai memangkas suku bunga pada kuartal III-2024, lebih lama dibandingkan ekspektasi sebelumnya yang memperkirakan pemangkasan suku bunga akan dimulai pada Juni 2024.

Beberapa implikasi dari perkembangan inflasi AS per Senin (15/4), yaitu imbal hasil atau yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun terus menanjak dari level 4,2% pada akhir Maret 2024 menjadi 4,6%.

Lalu, indeks dolar AS (DXY) naik dari level 104 pada akhir Maret 2024 menjadi ke level 106. Indeks saham S&P 500 turun -3,7% MTD.

“Bagi Indonesia, dampak negatif telah terlihat pada nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang kian melemah dari level 15.880 pada akhir Maret 2024 menjadi 16.084,” kata Edi.

Kemudian, keetegangan geopolitik yang semakin meningkat . Pada 13 April 2024, Iran melancarkan serangan ke Israel. Eskalasi konflik ini dapat semakin mendorong harga beberapa komoditas.

Harga minyak mentah Brent terus menguat ke level US$90,7/barel per Senin (15/4), naik +5,8% MoM. Harga emas dunia terus mencetak rekor dan menembus level US$2.385/ounce per Senin (15/4), naik +10,6% MoM,” kata Edi. (Her)