Darimana Virus Cacar Monyet Ditularkan? Ini kata Pakarnya
Editorindonesia, Jakarta – Usai pandemi covid-19 berlalu, kini masyarakat dicemaskan dengan hadirnya virus baru dengan nama virus cacar monyet atau mpox di tanah air. Agar tidak cemas berlebihan yang justru menurunkan imun, berikut pemaparan Spesialis Dermato Venereologi dan Estetika, RSPI Sulianti Saroso, dr. Ni Luh Putu Pitawati, SpDVE, tentang penularan virus cacar monyet tersebut.
Menurut dr Ni Luh Pitawati, transmisi atau penularan virus cacar monyet atau mpox terjadi dengan kontak langsung dengan hewan ataupun manusia yang terinfeksi. Bisa melalui benda yang terkontaminasi oleh virus tersebut, ibu hamil yang terinfeksi mpox ke bayi yang dikandungnya dan droplet (air ludah).
Adapun virus masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang luka/terbuka bisa berupa mikrolesi, saluran pernapasan, serta selaput lendir/mukosa seperti mata, hidung, atau mulut.
“Penularan bisa berkembang karena adanya kontak fisik kulit ke kulit. Bahkan ada beberapa laporan penularan bisa terjadi karena kontak seksual. Ketika ada kontak dan ruam pada alat kelamin dan mulut berkontribusi terhadap penularan selama kontak seksual,” kata dr.Ni Luh dalam kesiapsiagaan penanganan kasus mpox secara daring, yang dikutip pada Senin (23/10/2023).
Penularan, lanjutnya, juga dapat terjadi melalui plasenta dari ibu ke janin. Ini menyebabkan mpox bawaan atau kontak erat selama dan setelah kelahiran. Sementara penularan melalui cairan ketuban, ASI atau darah belum diketahui pasti.
Masa penularan bervariasi dimulai saat onset gejala sampai krusta mengelupas, dan lapisan kulit baru terbentuk biasanya antara 2-4 minggu. Untuk masa inkubasi, interval infeksi biasanya 6-13 hari, tetapi dapat berkisar dari 5-21 hari.
Masa infeksi dapat dibagi ke dalam 2 fase yakni fase akut atau prodromal antara 0-5 hari dan fase erupsi sekitar 1-3 hari setelah timbul demam. Fase prodromal ditandai dengan demam, sakit kepala hebat, limfadenopati, nyeri punggung, nyeri otot, kelelahan yang terus menerus, hingga dapat terjadi gejala pernapasan.
Sementara, fase erupsi berupa munculnya ruam atau lesi pada kulit. Lesi berbentuk kenyal, dalam, berbatas tegas, dan sering mengalami umbilikasi/menyerupai titik di atas lesi.
“Perubahan lesi berlangsung melalui stadium yaitu makula, papula, vesikel, pustula hingga krusta lalu rontok. Biasanya perlu waktu hingga 3 minggu sampai lesi menghilang dan rontok,” ucap Ni Luh.
Baca Juga: Pakar Sebut Cacar Monyet Menyebar di Kalangan Homoseksual
Ciri Khas Mpox
Lesi virus mpox memiliki ciri khasnya sendiri yakni dimulai dari kepala, lebih padat di wajah dan anggota badan. Kemudian muncul di telapak tangan dan telapak kaki. Kemudian pada kasus 2022 banyak ditemukan kasus yang muncul lesi area genital dan anal. Kemudan penampakan khasnya ada di limfadenopati.
Dalam kesempatan yang sama, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Penyakit Tropik Infeksi, Departemen Penyakit Dalam FKUI RSUP Cipto Mangunkusumo, Lie Khie Chen, memaparkan hingga 11 Oktober 2023 terdapat 115 negara yang sudah melaporkan adanya virus mpox dengan total kasus 1.960 kasus di negara endemis, kemudian di negara luar non endemis terlapor 88.696 kasus sehingga totalnya mencapai 90.656 kasus.
Dengan meningkatnya kasus, dia merekomendasikan tatalaksana penanangan pasien mpox agar manajemen bersifat simptomatis dan terapi suportif. Dimana prinsip terapinya dengan meringankan keluhan, mempercepat penyembuhan lesi, dan mencegah demam.
“Selanjutnya yakni mengurangi kehilangan cairan, mengurangi nyeri, mencegah timbul jaringan parut, mencegah terjadinya infeksi sekunder, disertai isolasi segera pada kasus infeksi mpox,” paparnya. (Didi)
Baca Juga: Kode-Kode Rahasia PLN Ini Perlu Anda Catat