Standard Chartered Prediksi Ekonomi Indonesia di 2024 Tumbuh 5,2%
Editorindonesia, Jakarta – Standard Chartered memperkirakan Asia kemungkinan akan menjadi kawasan dengan pertumbuhan tercepat di dunia dengan perkiraan pertumbuhan PDB sebesar 4,9% tahun ini. Hal ini berbeda dengan PDB di tingkat global yang diperkirakan akan melambat dari 3,1% pada tahun lalu menjadi 2,9% di tahun 2024.
Demikian salah satu dari sejumlah poin yang terdapat dalam laporan Standard Chartered Global Focus – Economic Outlook 2024, yang disampaikan pada acara tahunan Global Research Briefing (GRB) semester I-2024 untuk Indonesia.
Rino Donosepoetro, Vice Chairman ASEAN & President Commissioner Indonesia, Standard Chartered mengatakan, Laporan Global Focus – Economic Outlook 2024 menunjukkan bahwa Indonesia cukup tangguh dalam menghadapi gejolak perekonomian global.
“Melihat lintasan perekonomian Indonesia di tahun ini, Standard Chartered memperkirakan pertumbuhan PDB sebesar 5,2% di tahun 2024, atau naik sedikit dari besaran 5,1% pada tahun sebelumnya,” kata Rino, melalui keterangan yang diterima, Kamis (1/2/2024).
Rino juga mengutip hasil laporan Standard Chartered yang menunjukkan bahwa konsumsi swasta yang lebih tinggi serta pertumbuhan investasi yang masih relatif kuat dapat mengimbangi permintaan eksternal yang lebih lemah di tahun 2024.
Belanja terkait pemilu dan consumer spending terkait berbagai hari besar diperkirakan akan turut memberikan dampak positif secara sementara bagi perekonomian sepajang Semester I-2024, sebelum adanya normalisasi pada Semester kedua.
Rino menyampaikan saat ini sebagian besar masyarakat Indonesia tengah fokus pada pemilu yang sebentar lagi akan digelar, dan Standard Chartered optimistis perekonomian Indonesia akan terus berkembang di bawah administrasi pemerintahan yang baru.
Sebagai sole rating advisor bagi Pemerintah Indonesia, pihaknya terus berkomitmen untuk membantu upaya berkelanjutan pemerintah mendorong perekonomian dan investasi Indonesia, yang selaras dengan proyeksi pertumbuhan negara yang sangat positif.
“Kami optimistis terhadap pertumbuhan Indonesia di tahun ini dan berbagai peluang yang akan muncul. Sebagai bank asing yang telah hadir di Indonesia selama lebih dari 160 tahun, kami terus percaya pada potensi yang dimiliki negara ini,” kata Rino.
Untuk lebih melakukan penetrasi ke segmen pasar ritel, perusahaan akan terus fokus pada aspek digital partnership melalui pinjaman ritel digital dan model bisnis Banking-as-a-Service.
Aldian Taloputra, Senior Economist, Standard Chartered Bank Indonesia, menjelaskan bahwa Standard Chartered mempertahankan perkiraan inflasi rata-rata Indonesia selama tahun 2024 sebesar 2,9% (yoy), atau lebih tinggi dari perkiraan inflasi bulan Oktober 2023 sebesar 2,6%.
Standard Chartered juga memperkirakan kondisi sticky inflation pada semester pertama tahun 2024 yang akan menjaga inflasi umum tetap tinggi, mendekati batas atas kisaran target Bank Indonesia (BI) sebesar 1,5% – 3,5%, sebelum turun menjelang akhir tahun 2024.
Terkait kebijakan moneter, Standard Chartered mempertahankan pandangannya bahwa BI akan menurunkan BI Rate sebesar 50bps pada paruh kedua tahun 2024, meski pemotongan lebih awal juga dapat terjadi jika perekonomian AS yang tengah melemah berhasil mendorong penurunan suku bunga The Fed lebih awal.
Stabilitas Rupiah akan tetap menjadi tujuan kebijakan moneter utama bagi BI sepanjang tahun 2024, mengingat tingkat suku bunga AS yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama dan lingkungan makro dalam negeri yang relatif stabil.
BI kemungkinan akan terus memperkuat langkah moneternya dan menyempurnakan instrumen miliknya untuk memberikan opsi penempatan yang menarik bagi investor asing.
Sementara itu, Standard Chartered menurunkan perkiraan defisit fiskal tahun 2024 menjadi 2,3% dari PDB dari sebelumnya 2,5%, dikarenakan harga komoditas yang lebih stabil dan belanja yang terkendali.
Aldian turut menjelaskan bahwa Standard Chartered akan mempertahankan perkiraan nilai tukar dolar AS dengan Rupiah pada akhir tahun 2024 di angka Rp 15.000.
“Kami cukup optimistis terhadap rupiah dalam jangka menengah mengingat adanya perbaikan struktural pada fundamental makroekonomi Indonesia,” kata Aldian. (Faw)